Kafe Kecil Di Jalan Bebas Hambatan
Waktu sudah lewat pukul 14.00 Wib, ketika mobil yang saya tumpangi keluar dari Kota Purwakarta, lalu masuk pintu tol menuju Jakarta. Di depan duduk Pak Acho. Sementara yang menyetir mobil, Ikbal. Hawa terasa panas. Terik matahari cukup menyengat.
Saya dan satu teman saya, Carlos duduk di bangku tengah. Saat mobil sudah meluncur di jalan tol, Pak Acho tiba-tiba berkata. ” Bal, nanti, kita berhenti di rest area tol Cikampek KM 42, kita istirahat, makan dan minum di D’7uan,” kata Pak Acho.
Ikbal yang diajak bicara hanya mengangguk-angguk. Ia sepertinya konsentrasi menyetir. Kami sebenarnya bertujuh pergi ke Purwakarta. Tiga orang teman saya lainnya, Anggun, Iman dan Febian, naik mobil berbeda. Mobil mereka mengekor di belakang.
Awalnya, saya ingin makan sate maranggi. Tapi kata Pak Acho, makan dan minum saja di D7uan. Kata dia, itu kafe bagus untuk istirahat. Tempatnya tenang, tak terlalu ramai. Menu makanan dan minumannya juga lumayan lengkap. Ya sudahlah, akhirnya saya ngikut saja. Apalagi status saya hanya orang yang mau ditraktir. Tidak etis, bila bantah. Bisa-bisa traktiran ditarik kembali. Selain itu juga penasaran dengan D’7uan yang kata Pak Acho, tempat istirahat yang tenang di jalan tol.
Akhirnya, mobil yang kami tumpangi sudah masuk jalur jalan tol Cikampek, setelah tadi masuk lewat pintu tol Jatiluhur, yang merupakan bagian dari jalur tol Cipularang. Artinya sebentar lagi akan tiba di rest area Km 42. Benar saja, tak lama, mobil mulai mengambil jalur kiri. Lalu masuk ke jalur yang mengarah ke rest area.
” Itu tempatnya, ” kata Pak Acho.
Namun mobil terlanjur melewatinya. Akhirnya mobil kembali berputar, dan langsung berhenti di depan D’7uan. Ternyata D’7uan, adalah kafe tempat ngopi. Di papan nama yang dipasang di atas pintu masuk kafe, tertulis D’7uan Kitchen & Bar. Setelah melihatnya, sepertinya menarik kafe tersebut. Kami pun langsung masuk. Begitu melewati pintu masuk, mata langsung menangkap dua unit motor vespa anti yang dicat mencolok. Satu warna kuning terang, satunya lagi warna biru.
Dua vespa itu ditaruh tepat di depan pintu. Meja dari kayu berjejer mengelilingi ruangan kafe yang berbentuk lingkaran. Di tengah-tengah ruangan adalah meja bar, tempat pelayan meracik pesanan. Di sekeliling meja bar, beberapa barang anti dipajang, diantaranya setrikaan zaman jadul. Di dinding meja bar, digantung beberapa lukisan. Kafe yang nyeni, dan sedikit nyentrik.
Kami pun langsung memilih duduk mengitari meja kayu. Tak lama setelah itu, Iman, Anggun dan Febian datang menyusul. Mereka bertiga, memilih duduk di kursi sofa. Di dalam kafe, memang nyaman. Terik tak terasa. Apalagi, kaca kafe di beri tirai.
Tidak lama pelayan datang membawa buku menu. Saya pun membuka lembar demi lembar daftar menu yang disediakan. Benar saja, menunya terbilang lengkap. Kafe D’7uan, menyediakan varian menu seperti omelette, scramble eggs. Menu-menu ini cocok untuk sarapan pagi.
Bahkan, tersedia pula menu steak. Ada menu ayam goreng isi tomat, keju dan daging sapi atau cordon bleude poulet. Menu ini disajikan dengan saos jamur dan krim kentang. Untuk makanan beratnya, ada vegetable fried rice, beef sausage fried rice dan chicken fried rice.
D’7uan juga menyediakan menu khasnya, seperti D’7uan beef with paprika. Menurut keterangan si pelayanan, D’7uan beef with paprika, adalah tumis daging dengan bumbu spesial ala D’7uan yang disajikan dengan nasi putih.
Pingin makanan yang sedikit ringan, pengunjung bisa memilih beberapa menu, antara lain callamary fritty atau cumi bulat goreng dengan tepung roti yang disajikan dengan saus manis pedas. Atau bisa memilih menu classic garlic bread, roti aroma bawang putih dengan mentega.
Menu minumannya juga cukup lengkap, baik yang dingin atau panas. Yang suka kopi, ada beberapa pilihan menu, seperti espresso machiato conpanna, americano hot and ice atau cafe late. Suka minuman coklat? Tinggal pesan pure choco ice blended.
Sementara yang suka minuman dingin, D’7uan juga punya sederet minuman andalannya, antara lain orange juice, vanilla chocolate, milkshake tiramisu cake atau mic fruit platter ice cream. Dan, minuman lainnya.
Saya sendiri pilih Americano dingin. Begitu pesanan tiba, satu seruput Americano dingin, langsung mengusir gerah dan haus. Rasa kopinya tak hilang. Bahkan terasa kuat. Saat kami tiba, pengunjung tak terlalu ramai. Tapi, makin lama, pengunjung makin banyak. Beberapa kursi dan meja terisi sudah.
D’7uan, tempatnya enak dan nyaman. Sambil ngopi, kita bisa mendengarkan alunan musik santai. Benar-benar seperti di kafe terkenal yang ada di pusat-pusat kota. Jadi, bila kamu lelah dan butuh istirahat sebentar dalam perjalanan ke Jakarta, tinggal masuk saja ke rest area Km 42 tol Cikampek. Kafe D’7uan, letaknya ada di depan ATM Centre, tak begitu jauh dari pintu masuk rest area. Posisinya sebelah kiri.
Related Posts
Warkop ‘Burjo’ Van Kuningan
Warung ‘burjo’ identik dengan orang Kuningan, karena pemiliknya banyak yang berasal kabupaten tersebut. Ngopi pagi hari, bagi saya adalah kegiatan kuliner yang wajib ditunaikan.
Read moreWarkop Aweng, Tempat Ngopinya Orang Palu
Setiap pergi ke luar kota, tempat yang selalu saya cari adalah tempat ngopi. Maklum saya penggemar berat kopi. Jadi, dimana pun saya singgah yang dicari adalah warung kopi. Seperti saat saya berkunjung ke Kota Palu untuk keperluan pekerjaan. Palu sendiri adalah ibukota Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). Saya tiba di Palu, hari Sabtu. Sementara saya baru memulai pekerjaan di Kota Palu hari Minggunya. Jadi, malam minggu punya waktu lowong.
Tentu saya tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Apalagi jika bukan mencari tempat untuk ngopi. Di temani Pak Hamka, orang aseli Palu, saya pun putar-putar cari tempat ngopi. Karena masih buta situasi, saya minta Pak Hamka untuk mencari tempat ngopi yang paling terkenal di Palu. Kata Pak Hamka, ada tempat ngopi yang tenar di Palu. Namanya Warkop (warung kopi-red) Aweng. Maka meluncurlah saya dengan Pak Hamka ke Warkop Aweng yang ternyata letaknya tak begitu jauh dari hotel tempat saya menginap. Saya menginap di Hotel Grand Duta, otel yang berhadapan langsung dengan pantai. Hanya terpisah oleh ruas jalan. Warkop Aweng sendiri ada di Jalan Komodo, Kota Palu.
Ikut bersama saya, dua rekan saya, Tika dan Dino yang sama-sama terbang dari Jakarta. Pakai mobil Pak Hamka, kami meluncur ke Warkop Aweng. Saat tiba di sana, suasana sekitar Warkop sudah ramai. Parkiran penuh dengan motor dan mobil. Untungnya masih dapat tempat untuk memarkir mobil.
Terdengar bunyi live music. Warkop Aweng sendiri gampang dikenali. Bangunannya didominasi cat merah. Hampir semuanya bercat merah. Kami pun segera masuk, dan memilih tempat duduk yang ada di ruang terbuka.
Pengunjung warkop malam itu tampak ramai. Mungkin karena ada pertunjukan musik, jadi pengunjung banyak datang. Rata-rata yang datang anak-anak muda. Ada yang berpasangan. Tapi banyak pula yang berkelompok.
Di pinggir bangunan utama warkop, sebuah panggung kecil di bangun. Di panggung kecil itulah, para pemain band yang terdiri dari empat orang pemusik menghibur pengunjung warkop. Vokalisnya gadis muda bertubuh mungil. Suaranya enak didengar. Gayanya pun atraktif.
Setelah duduk, tak lama pelayan datang. Saya langsung memesan kopi hitam favorit saya. Plus saya juga memesan goreng pisang dengan toping keju dan coklat. Seperti biasa ini padanan sempurna bagi kopi hitam. Sementara dua rekan saya lebih memilih jus. Tidak apalah, soal selera masing-masing kerap berbeda.
Tidak lama pesanan pun datang. Dengan perlahan, kopi pun saya reguk. Rasanya nikmat. Kopinya pun wangi. Makin sempurna karena dihibur penyanyi cantik bersuara merdu.
Menurut Pak Hamka, Aweng sendiri diambil dari nama ayah pemilik warkop. Ya, Pak Aweng adalah perintis pertama Warkop Aweng. Kini, Warkop Aweng sudah dikelola oleh anak-anaknya.
” Aweng itu nama bapaknya yang kelola warkop ini,” kata Pak Hamka.
Masih menurut Pak Hamka, dulu Pak Aweng dikenal sebagai penjual kopi yang diracik sendiri. Awalnya hanya warung biasa, tapi kini sudah berkembang. Bahkan sudah ada beberapa cabang Warkop Aweng di Kota Palu.
“Pak Aweng jualan kopi sejak tahun 1953, jadi sudah cukup lama. Pak Aweng sendiri yang ngeracik kopinya,” kata Pak Hamka.
Pak Hamka menambahkan, Warkop Aweng sudah jadi tempat ngumpulnya komunitas-komunitas anak muda di Palu. Grup-grup motor dan mobil, banyak yang sering nongkrong di Warkop Aweng. ” Para fotografer ngumpulnya ya di sini juga,” kata Pak Hamka.
Minggu malam Senin, usai menyelesaikan pekerjaan menulis berita, saya kembali ngopi di Warkop Aweng. Kali ini, bukan Warkop Aweng di Jalan Komodo yang dituju. Tapi Warkop Aweng yang ada di Jalan Sam Ratulangi, Palu. Pak Muchlis yang temani saya ngopi, bukan lagi Pak Hamka. Pak Muchlis sendiri aseli warga Palu. Dia Kepala Satpol PP Provinsi Sulawesi Tengah.
Warkop Aweng di Jalan Sam Ratulangi, bentuk serta corak bangunannya tak jauh beda dengan warkop di Jalan Komodo. Warna merah mendominasi bangunan utama warkop. Di belakang warkop, terdapat ruang terbuka. Kursi meja di tata sedemikian rupa.
Saat saya lagi menunggu pesanan kopi, terlihat rombongan Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo datang. Orang nomor satu di Sulawesi Selatan itu lebih memilih duduk di dalam bangunan utama warkop. Sementara saya dengan Pak Muchlis, duduk di area terbuka. Sayang tak ada pertunjukan live music di warkop Aweng Jalan Sam Ratulangi. Namun meski begitu, pengunjung tampak ramai.
Sambil menunggu pesanan datang, Pak Muchlis bercerita tentang Warkop Aweng. Kata dia, Warkop Aweng sudah buka cabang di Singapura. Wah, hebat, pikir saya dalam hati.
Di Kota Palu sendiri ada tujuh cabang Warkop Aweng. Di antaranya ada di Jalan Juanda, Jalan S Parman, Jalan Cik Ditiro. Dan di jalan Tanjung. Semuanya dikelola anak-anak Pak Aweng. Tak berapa lama, kopi yang kami pesan datang. Sambil mengopi kami pun melanjutkan obrolan.
” Dari tahun 1953 Pak Aweng jualan kopi. Racikannya khas. Racikannya sendiri. Pak Aweng yang buat racikan beda dengan yang lain,” kata Pak Muchlis.
Saya pun bertanya pada Pak Muchlis, selain di Palu dan Singapura, apakah Warkop Aweng juga melebarkan sayapnya membuka cabang di kota kabupaten yang ada di Sultang. Menurut Pak Muchlis, sepertinya Warkop Aweng hanya ada di Palu. Tak ada di kota lain.
” Pak Gub (Gubernur Sulteng, Longki Djanggola-red), setiap minggu pagi suka muter-muter, ya ngopinya di Aweng,” katanya.
Warkop Aweng sendiri kata Pak Muchlis memang ada yang buka pagi hari. Kalau hari Minggu ramai. Terutama anak muda. Bisa dikatakan, Aweng adalah warkopnya orang Palu. Anak-anak muda Palu, kalau ngopi atau nongkrong selalu di Warkop Aweng. ” Ini tempat ngumpulnya anak muda Palu,” katanya.
Di Palu sendiri sebenarnya ada warkop lain. Namun memang yang paling tenar dan selalu ramai adalah Warkop Aweng. Di Warkop Aweng, selain ngopi, pengunjung juga bisa menikmati layanan wifi gratis. Sayang saat saya berkunjung ke sana, layanan wifinya lelet. Mungkin karena banyaknya pengunjung. Jadi kalau kebetulan berkunjung ke Palu, dan mau cari tempat nongkrong yang enak, Warkop Aweng rekomended untuk disinggahi. Tanya saja pada orang Palu, pasti tahu dimana Warkop Aweng.
Read moreGudeg Adem Ayem Solo, Lezat dan Menjadi Langganan Tetap Para Pejabat
Rumah Makan (RM) Adem Ayem Solo berhadapan langsung dengan rumah dinas walikota Surakarta atau Loji Gandrung. Tepatnya di Jl. Slamet Riyadi 342, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.
Read more