Empal Gentong ‘Pengobat Rindu’
Salah satu makanan yang saya sukai adalah empal gentong. Menu kuliner ini adalah khas dari Cirebon. Saya jatuh cinta pada empal gentong, saat saya sekolah menengah di kota Udang tersebut. Kala itu, pertama kali mencicipi empal gentong. Pertama mencicipi langsung jatuh cinta.
Ibaratnya, langsung suka di cicipan pertama. Langsung jatuh cinta, saat pandangan pertama. Dan, itu menimbulkan kesan. Maka, setiap singgah ke Cirebon, empal gentong adalah menu wajib yang harus saya cicipi selain menu khas lainnya yakni nasi jamblang.
Kini ‘cinta pertama’ saya jauh dan jarang saya cicipi. Saya kini tinggal berjarak jauh dari kota Cirebon. Artinya hanya pada momen-momen khusus, ‘cinta pertama’ itu saya kembali jemput dan dinikmati. Misalnya, saat mudik, atau ketika dapat tugas dari kantor ke kota Udang tersebut.
Saya kini tinggal di Depok, salah satu kota di Jawa Barat yang cukup berjarak dengan kota Cirebon. Sementara tempat kerja di Jakarta. Jadi rutinitas sehari-hari adalah menempuh perjalanan dari Depok ke Jakarta. Sayang, di Depok, saya tak menemui penjual empal gentong. Mungkin saya kurang mengubek-ngubek.
Pun di Jakarta, jarang saya temui penjual empal gentong. Sampai suatu ketika, saya sedang dalam perjalanan pulang dari tempat kerja ke Depok, tempat tinggal saya. Di Pondok Labu, sekitar pasar, jalur yang biasa saya tempuh, saya berhenti. Handphone saya berbunyi. Saya pun meminggirkan motor. Ternyata istri saya yang menelpon. Katanya, dia lapar, dan minta saya beli makanan.
Saya pun celingak-celinguk mencari makanan apa yang ajan dibeli. Awalnya, seperti biasa saya akan beli pecel ayam. Karena pedagang pecel ayam bertebaran di mana-mana, dan buka sampai lewat larut malam. Motor pun saya jalankan pelan-pelan. Sampai kemudian mata saya terantuk pada sebuah spanduk yang menghalangi sebuah gerobak.
Di spanduk dengan latar belakang warna oranye tercetak tulisan yang membuat rasa rindu saya kepada ‘cinta pertama’ di kota Udang menggeliat bangun. ” Empal Gentong Mang En, Wong Junti”, demikian tulisan yang saya baca. Tulisan yang membuat saya ‘bungah’.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Lama merindu, kini rindu itu ada di depan mata. Saya pun langsung putar balik, menuju gerobak dengan spanduk yang tulisannya yang membuat ‘rindu’ menggeliat. Gerobak ’empal gentong’ itu ada di seberang jalan.
Tempatnya, gampang dilihat. Empal gentong Mang En ada di perempatan jalan, dekat pasar Pondok Labu, Jakarta Selatan. Di sebuah halaman toko, gerobak empal gentong Mang En berada. Setelah memarkirkan motor, saya pun langsung masuk ke tenda yang dipasang di belakang gerobak. Ada satu meja panjang, dengan beberapa kursi. Saya langsung duduk, dan langsung memesan satu porsi empal gentong.. campur. Empal gentong.. campur ini, adalah campuran dari daging dan jeroan sapi. Ini menu empal yang dulu saya sukai.
Saat menu pesanan datang, rasa lapar kian menjadi. Kuah empal dengan santannya, begitu menggoda. Wanginya meruap, membuat keroncongan dalam perut makin berbunyi. Potongan-potongan daging dan babat, kian menggugah selera. Plus, potongan kentang, serta serpihan keripik melinjo.
Tak sabar, saat satu mangkuk tiba di depan mata, langsung ‘dihajar’. Sebelumnya saya taburi dengan sambal kering khas empal gentong. Sampai berkeringat saya makan, saking nikmatnya. Dalam sekejap satu mangkuk empal gentong tandaa dengan satu piring nasi putih.
Empal gentong Mang En selain menyediakan menu pelangkap berupa nasi, juga menyediakan lontong. Jadi, bila ingin menyantap empal tidak dengan nasi, bisa memilih mengkombinasikan empal dengan lontong. Keduanya sama nikmat. Sama-sama bikin nendang.
Tak lupa saya pesan satu porsi lagi. Kali ini saya pesan empal gentong daging, plus lontong. Istri saya pasti suka. Sebab, sejak pertana saya ajak makan empal gentong ke Cirebon, dia juga langsung jatuh hati. Ah, benar-benar empal gentong pengobat rindu. Kini saya tak akan kelimpungan lagi mengobati ‘rindu lidah’. Rindu itu bisa dijemput di perempatan jalan Pasar Pondok Labu.
Related Posts
Kenangan yang Tertinggal di Empal Gentong Haji Apud
Rumah makan Empal Gentong Haji Apud di Jalan Raya Plered, Cirebon Pada hari Kamis, 7 April 2016, saya dapat kabar Bupati Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Utje Choeriah Hamid Suganda meninggal dunia.
Read moreGudeg Adem Ayem Solo, Lezat dan Menjadi Langganan Tetap Para Pejabat
Rumah Makan (RM) Adem Ayem Solo berhadapan langsung dengan rumah dinas walikota Surakarta atau Loji Gandrung. Tepatnya di Jl. Slamet Riyadi 342, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.
Read moreKendati Sudah Mereda, Tips Wisata Usai Pandemi Ini Tetap Perlu Kalian Terapkan
Meski sudah ada pelonggaran, ada beberapa tips wisata usai pandemi yang perlu menjadi perhatian. Kesehatan tetap merupakan urusan utama yang perlu mendapat kepedulian tinggi, termasuk faktor-faktor penting yang lain.
Read more