Festival Kampung Laut, Tradisi Menyumbun Suku Duano
Indonesia memilik sekitar 1.340 suku bangsa yang tersebar dari Sabang hingga Marouke. Setiap suku suku bangsa tersebut memiliki tradisi, budaya, dan keseniannya masing masing. Dalam tatanan kehidupan, kebudayaan dan tradisi melekat dengan peradaban dan tingkah laku masyarakat dalam segala aspek. Begitu pula halnya dengan masyarakat dari Suku Duano. Suku ini beberapa diantaranya mendiami pesisir bagian timur Provinsi Jambi. Tepatnya di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Sebagai masyarakat pesisir maka kehidupan dan tradisi mereka sangat erat kaitannya dengan laut atau sungai dan potensi yang terkandung di dalamnya.
Tradisi dari Suku Duano yang baru baru ini diselenggarakan adalah tradisi menyumbun. Tradisi ini di kemas dalam kesatuan Festival Kampung Laut, Tanjung Jabung Timur, Jambi. Festival ini cukup mencuri perhatian. Selain karena aneka kegiatan menarik yang termasuk di dalamnya, juga tidak lain karena adanya tradisi menyumbun ala Suku Duano di sana. Nah penasaran seperti apa tradisi menyumbun dan kemeriahan Festival Kampung laut ? Berikut ulasannya.
Mengenal Tradisi Menyumbun
Sumbun secara umumnya banyak dikenal di China, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, dan perairan di Provinsi Jambi. Bahkan Sumbun yang banyak hidup di daerah berlumpur, menjadikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebagai satu dari tiga daerah istimewah penghasil Sumbun
Sumbun semacam kerang yang menjadi santapan favorit masyarakat dari suku Duano Kampung Laut. Kebiasaan memakan biota laut inilah yang menjadi ciri khas Suku Duano yang berdiam di pesisir timur Jambi. Maka tidak heran tradisi unik ini oleh Pemkab Tanjung Jabung Timur berusaha dilestarikan dengan mengemasnya dalam Festival Kampung Laut yang dikombinasikan dengan beberapa kegiatan menarik
Berpartisipasi Menyumbun Bersama Masyarakat Suku Duano
Meski tradisi menyumbun milik Suku Duano, tapi menariknya dari festival ini adalah semua pengunjung diperkenankan untuk turun langsung merasakan sensasi mencari Sumbun. Sumbun tidak tergeletak begitu saja di atas permukaan tanah atau lumpur. Biota laut ini mengendap ditanah atau pasir dan membuat lobang ke dalam untuk menjaga keberlangsungan hidupnya. Jadi, untuk bisa memancingnya keluar dari sarang, diperlukan strategi jitu bahkan ramuan khusus untuk Sumbun.
Dalam festival ini masyarakat Duano membeberkan cara jitu mendapatkan sumbun yang kemudian diaplikasikan bersama oleh pengunjung. Ya, modalnya sangat sederhana hanya tangkai yang dilumuri kapur dan kemudian diarahkan ke lobang Sumbun. Aroma kapur akan memancing Sumbun untuk keluar dari persembunyiannya. Dengan begitu Sumbun akan lebih mudah di dapatkan
Kegiatan menyumbun ini sangat menyenangkan. Bukan hanya mendapatkan bahan makanan lezat, tapi juga seolah olah sedang memainkan sebuah permainan tradisional.
Diluar itu semua, tradisi menyumbun memiliki beberapa pantangan diantaranya, tidak diperkenankan bagi wanita yang menstruasi, tidak di perkenankan memakai payung, dan tidak juga diperbolehkan menggunakan perhiasan. Makanya sebelum turun ke pantai untuk menyumbun biasanya muka akan dilumuri oleh tepung tawar dan kepala ditutupi dengan topi rotan. Oleh masyarakat setempat tepung tawar tersebut dipercaya untuk menghindari dari gangguan makhluk halus ketika di pantai. Meski begitu sejatinya tepung tawar tersebut untuk mencegah matahari bersentuhan langsung dengan kulit muka sebagaimana halnya fungsi pada topi rotan.
Lokasi Menyumbun
Sebenarnya Festival Kampung Laut selalu diselaraskan dengan waktu air laut surut. Biasanya sekitar bulan April hingga Agustus, seperti saat sekarang ini. Hal ini didasari karena tradisi menyumbun hanya bisa dilakukan pada saat air benar benar surut. Pada saat itulah Sumbun banyak bermunculan dan mudah untuk ditangkap. Sumbun bisa dijumpai di sepanjang pantai. Tapi memang biasanya ada spot spot khusus dimana banyak dijumpai Sumbun. Dalam festival ini pengunjung yang ikut menyumbun telah disediakan kendaraan berupa kapal cepat dan pompong. Dari tempat ceremonial ke pantai lokasi menyumbun, membutuhkan waktu 10 menit dengan kapal cepat dan 20 menit menggunakan pompong.
Dipantai itulah berhamburan para pengunjung, baik pria, wanita, tua, muda, bahkan hingga pejabat seperti bupati dan apartur negara ikut menikmati kebersamaan mencari sumbun dengan masyarakat. Yap, setidaknya tradisi Sumbun ala Suku Duano berhasil membuka tirai perbedaan kelas dan strata sosial masyarakat. Oh ya, Kampung Laut sebagai lokasi pelaksanaan festival ini bisa dikunjungi dari Kota Jambi dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun umum. Waktu tempuh berkisar 2 jam dengan menggunakan kendaraan sepeda motor atau 2,5 jam untuk mobil. Sementara itu prihal transportasi umum akan tersedia mobil travel jurusan Jambi-Kampung laut dengan ongkos Rp. 60.000/orang
Related Posts
Kebun Mbah Gonjong, Spot Bersantai dan Memancing yang Tidak Biasa
Gak punya uang untuk bisa ke Kafe? Atau Rumah Makan? Atau mungkin ke kolam pemancingan? Tidak perlu khawatir. Di Jambi terdapat sebuah tempat asyik yang tidak membutuhkan uang untuk memenuhi itu semua.
Read moreKopi Khas Jambi yang Siap Temani Waktu Santaimu
Salah satu daerah di Indonesia sebagai penghasil kopi berkualitas dengan rasa yang nikmat adalah provinsi Jambi. Ya, barangkali Jambi belum terlalu dikenal sebagai penghasil kopi.
Read moreMengenal Rumah Adat Masyarakat Bathin Jambi
Salah satu suku tertua di provinsi Jambi adalah Suku Bathin, yang merupakan suku dari keturunan melayu tua. Keberadaan suku ini masih bisa terlihat di Kampung Lamo, desa Rantau Panjang, kecamatan Tabir, kabupaten Merangin.
Read more