Jatuh Cinta Pada Tegukan Pertama Wedang Uwuh, Minuman Unik Orang Jawa
Saya beberapa kali datang ke Yogyakarta. Beberapa kali pula berkunjung ke Kota Semarang. Dan, beberapa kali singgah ke Kota Solo atau Surakarta. Kebanyakan memang untuk urusan pekerjaan. Meliput kegiatan menteri atau acara budaya.
Setiap meliput, saya pasti akan selalu menyempatkan waktu menikmati kuliner khas dari kota yang dikunjungi. Prinsipnya, sekali dayung, dua pulau terlampaui. Sambil kerja, sambil kulineran. Plus jalan-jalan tentunya jika waktu memungkinkan. Pokoknya, kalau ada waktu luang, meski hanya hitungan jam, saya harus menikmati nikmatnya kuliner khas daerah yang saya singgahi.
Nah, saat saya datang ke Yogyakarta, ada satu minuman tradisional yang bikin saya jatuh cinta pada tegukan pertama. Minuman tradisional yang sukses membuat saya jatuh cinta itu bernama wedang uwuh. Wedang Uwuh adalah minuman tradisional yang menyehatkan. Mungkin untuk kalangan milenial, minuman ini tak begitu familiar. Kalah oleh minuman kekinian.
Ceritanya begini. Waktu itu tiba di Yogyakarta masih sore hari. Malam harinya, usai menyelesaikan pekerjaan buat berita, saya diajak makan malam ke Warung Bakmi Jowo Mbah Gito. Warung Bakmi ini menu andalannya adalah mie godog, kuliner khas orang Jawa berbahan mie.
Ini salah satu warung mie godog legendaris di Yogyakarta. Lokasinya ada di Jalan Nyi Ageng Nis, Pelemban, Rejowinangun, Yogyakarta. Yang menarik adalah bentuk dan sejarah warung itu. Warung itu dulunya adalah kandang sapi. Tapi kemudian disulap jadi warung mie godog. Hingga sekarang.
Jadi bentuk asli kandang sapi masih tersisa. Dinding warung yang berupa kayu glondongan masih ada. Ketika saya tiba di sana, warung sudah ramai dengan pengunjung. Maklum salah satu warung mie yang cukup tenar untuk penggemar mie godog di Kota Gudeg.
Akhirnya, saya dan beberapa teman, bisa dapat tempat di pojok warung. Mejanya berupa potongan kayu besar. Pun tempat duduknya juga dari kayu. Semua serba kayu dipadukan dengan anyaman bambu. Pokoknya, tradisional banget suasananya.
Ketika sudah duduk, pelayan warung yang memakai pakaian surjan, pakaian khas orang Jawa, lengkap dengan blangkon datang membawa menu. Setelah daftar menu di tangan, saya langsung pesan mie godog rebus. Lalu saat mau pesan minuman, mata tertumbuk pada tulisan yang tertera di daftar menu: wedang uwuh.
“Wah, minuman apa ini?” Pikir saya. Karena penasaran saya tanyakan ke pelayan warung.
” Ini wedang uwuh minuman apa mas?” Tanya saya.
“Ini minuman sampah”, jawab si mas pelayan yang memakai Surjan dan blangkon sambil tertawa.
“Minuman sampah?”, Saya mengernyitkan dahi. Merasa heran saja karena baru dengar ada minuman bernama minuman sampah. Nama yang aneh.
” Iya mas, di sini disebut minuman sampah. Uwuh itu artinya sampah. Tapi ini minuman menyehatkan kok mas,” kata si pelayan.
Ia pun lalu menyebutkan satu persatu bahan wedang uwuh. Katanya, bahan wedang uwuh ini terdiri dari jahe, cengkeh, bunga cengkeh, batang cengkeh, daun cengkeh, kayu secang, pala, daun pala, kayu manis, daun kayu manis, akar sereh, daun sereh dan kapulaga. Buat pemanisnya disediakan gula batu.
” Oooh,” jawab saya pendek. Saya sedikit paham, wedang uwuh ini adalah minuman yang diracik dari bahan-bahan alami. Semacam minuman jamu, karena bahan bahannya memang punya khasiat yang baik bagi kesehatan tubuh.
Kata si mas pelayan, wedang uwuh ini bisa untuk mencegah masuk angin. Menghangatkan tubuh. Dan mengusir kembung. Saya makin tertarik untuk mencobanya. Saya pun akhirnya pesan itu.
Sampai minuman yang saya pesan pun datang. Di dalam gelas, ada beragam bahan rempah yang tadi disebutkan si pelayan. Untuk pemanis minuman disediakan gula batu. Ketika diaduk, air wedang langsung berubah coklat. Baunya wangi. Tak sabar saya langsung seruput. Dan, ah, begitu air wedang masuk dalam tenggorokan, langsung terasa hangat. Hangatnya menjalar ke seluruh tubuh.
Sejak saat itulah saya jatuh cinta kepada wedang uwuh. Setiap datang ke Yogyakarta, saya akan selalu cari wedang uwuh. Pokoknya harus nyeruput wedang uwuh. Pun, ketika datang ke Semarang, saya juga coba cari-cari wedang uwuh. Di setiap tempat makan yang saya singgahi, saya selalu tanya apakah sedia wedang uwuh atau tidak. Di Semarang, akhirnya wedang uwuh pertama kali saya jumpai di Simpang Lima. Di salah satu warung yang ada di pusat kuliner kota Semarang tersebut.
Waktu di Semarang, ketika pesan wedang uwuh, wadahnya cukup menarik. Terbuat dari cangkir besar yang biasa dipakai di masa lalu. Cangkir yang mengingatkan pada cangkir yang bisa dipakai almarhum kakek saya. Cangkirnya berbahan seng. Begitu juga ketika saya datang ke Solo. Saya pun beruntung bisa menemukan wedang uwuh. Di sebuah warung makan. Jadilah setiap datang ke kota yang ada di seputaran Jawa Tengah dan Yogyakarta, wedang uwuh selalu yang saya buru.
Bagi saya, wedang uwuh adalah kekayaan kuliner orang Jawa. Kuliner warisan nenek moyang yang harus dilestarikan. Minuman tradisional yang menyehatkan. Walau namanya tak lazim, disebut minuman sampah tapi aslinya minuman ini sungguh nikmat juga menyehatkan. Apalagi diminum saat malam hari. Hangat dan bikin nyenyak tidur.
Related Posts
Minuman Khas Sumatera Barat Yang Harus Dicoba
Jika berbicara tentang destinasi wisata di Sumatera Barat, tidak usah diragukan lagi. Apalagi berbicara tentang makanan khas Sumatera Barat, sudah terbukti dengan menjamurnya Rumah Makan Padang ke seluruh pelosok Indonesia.
Read moreBir Kocok Pak Acep, Sensasi Kuliner Kota Hujan yang Berbeda
Tiap weekend tiba, kawasan Puncak Bogor jadi serbuan warga ibu kota yang ingin tetirah sejenak dari kesumpekan kota. Menghindar dari ruwet dan macetnya Jakarta.
Read moreGudeg Adem Ayem Solo, Lezat dan Menjadi Langganan Tetap Para Pejabat
Rumah Makan (RM) Adem Ayem Solo berhadapan langsung dengan rumah dinas walikota Surakarta atau Loji Gandrung. Tepatnya di Jl. Slamet Riyadi 342, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.
Read more