Jelajah Indochina #3 Halong Bay
Siap-siap ke Halong Bay
Sarapan pagi itu sebongkah roti bagette Perancis keras lengkap dengan selai buah persik, omelet, secangkir kopi instan dan buah-buahan. Sederhana memang, namun semuanya gratis disediakan hostel dengan rate hanya USD 7 semalam.Ruang sarapan menyatu dengan tempat penerimaan tamu hanya selangkah saja dari pintu dorm saya. Memang namanya Little Hanoi, walaupun kecil tapi menurut saya pelayanannya prima. Manager hostelnya ramah dan sungguh helpfull, memberikan informasi yang saya minta. Saya pun tidak ragu-ragu ketika memutuskan untuk memesan paket tour Halong Bay kepadanya.
Sesuai rekomendasi, saya memesan paket tour Halong Bay selama 2 hari satu malam seharga 42 USD. Itu termasuk harga menengah katanya, yang paling murah untuk paket tour selama itu adalah 35 USD namun dia sering terima komplen karena pelayanan paket tour seharga itu kurang memuasakan.
Paket tour Halong Bay itu sudah termasuk bus bulak-balik Hanoi – Halong Bay, makan (2L1B1D), dan nginep boleh pilih di atas perahu (ada kamarnya) atau singgah di Cat Ba Island (ada hotelnya). Karena akan nginep di atas kapal jadi saya bawa saja ransel karena baju ganti disana semua, sedangkan tas kecil hanya muat kamera saja.
Janjinya saya akan dijemput bus ke Halong Bay sekitar jam 8, tapi sudah lewat beberapa menit masih belum muncul busnya. Di kursi depan resepsionis sudah ada beberapa turis yang tampaknya menunggu bus jemputan tour Halong juga. Sementara dengan santai saya masih meneruskan sarapan.
You’re so lucky
Akhirnya bus yang ditunggu datang juga sekitar jam 8:30. Pagi itu juga saya langsung check-out dari Little Hanoi. Walaupun demikian sepulangnya dari Halong saya masih diperbolehkan numpang mandi disana sebelum melanjutkan perjalanan ke Hue malam-nya (tuh baik kan).Tampaknya bus ini sudah lumayan penuh dan hostel saya merupakan yang terakhir dikunjungi, jadi tidak menjemput turis di tempat lain lagi. Dari Hanoi ke Halong Bay memakan waktu 4 jam saja. Lumayan lama dan bagi yang memilih one day tour artinya cuman sedikit sekali waktu yang yang akan dihabiskan di Halong, karena perjalanan PP saja sudah 8 jam.
Guide di dalam bus waktu itu seorang anak muda seusia saya, dengan logat English khas Asia, setiap mau ngomong dia pasti bilang “Excuse me my friend…”. Sepanjang perjalanan dia duduk di sebelah saya sambil ngobrol banyak soal negaranya. Yang paling saya inget adalah katanya Vietnam juga mengimpor sepeda motor dari Indonesia, namanya apa gitu, Wind apa Wing?, emang ada ya?
Di tengah perjalanan guide yang saya lupa namanya ini ngomong rada pelan dia jelasin kalau nanti saya bakal naik perahu boat yang berbeda dengan orang-orang satu bus. Alasannya boatnya sudah penuh. Saya sih nggak masalah. Trus dia bilang you’re so lucky karena ternyata boat pengganti yang bakalan saya tumpangi kelasnya lebih tinggi daripada boat yang seharusnya. Ya awalnya saya rada kurang percaya juga sih.
Tapi ternyata boatnya memang keren, saya nggak tau ya seharusnya seperti apa, tapi setelah ngobrol sama turis lain yang satu kapal dan saya bilang klo saya bayar 50 USD (udah dimahalin tuh) untuk paket tour itu mereka kaget rada ngiri gitu.
Oh ya, sebenarnya si guide sudah wanti-wanti supaya saya jangan cerita bayar berapa sebenarnya buat tour itu. Tapi, apa boleh buat, masak pas ditanya saya jawab gak tau
Teman-teman sekapal
Setibanya di pelabuhan saya sudah dipisahkan dari rombongan sebus, dipindahin ke rombongan lain dengan guide yang berbeda, tapi masih satu perusahaan tour karena seragamnya sama. Rombongan saya yang baru nampaknya masih muda-muda semua, yang di bus ada beberapa rombongan lanjut usia.Ada pasangan Australia yang cowoknya pernah menjelajah Indonesia selama 3 bulan dari Sumatera sampai pulau Komodo sana dan dia ngaku cinta banget Indonesia, bisa menghitung dalam bahasa dari 1 sampai 10 (di-demoin ). Bahkan sepulang lihat pemandangan sawah bersususun di Sapa masih bilang lebih kerenan yang di Bali katanya.
Ada pasangan muda France yang ceweknya cakep sekali (dem, kirain kakak adik, baru ngeh pas lihat mereka bedua English-Kiss mesra sekali di rooftop).
Ada pula pasangan Swedia yang kelihatan masih ABG tapi ternyata sudah bekerja dan sedang liburan 3 bulan lamanya, dari Rusia mereka naik kereta jalur Trans-Siberia dan pernah nginep di tenda-tenda orang Mongolia.
Wuih pada bikin ngiri ceritanya.
Ada juga kakak-adik cewek entah orang mana karena saya belum pernah berinteraksi dengan mereka, yang jelas kakaknya bawa-bawa DSLR gede, moto sana-sini.
Sisanya loneranger semua, ada cowok Belanda yang satu kamar sama saya, teman mendayung pas acara kayak, agak pendiam tapi tidak terlihat berbahaya . Rencana perjalanan-nya hampir sama dengan saya, dari Vietnam utara menuju selatan sampai nyeberang ke Siem Reap, hanya saja dia punya waktu yang lebih luang, tidak buru-buru seperti saya.
Ada cewek berwajah Asia penyendiri yang ternyata orang Jerman. Ada cewek Australia, seorang penulis yang sangat ceria orangnya, mudah bergaul dengan siapa saja. Satu lagi cowok gila yang ngajakin orang laen renang malem-malem nyeberang ke perahu tour lain, orang aneh.
Begitulah kalau jalan sendirian begini, mau gak mau mesti berinteraksi dengan pelancong lain, walaupun saya cuman ngomong kalau ditanya (seperti biasanya). Bahasa Inggris saya kacau jadi nggak pede ngobrol.
Ya, mesti lebih banyak berlatih percakapan walaupun hanya sekedar basa-basi.
The Descending Dragon
Itulah arti nama [Ha Long][2]. Konon kabarnya nenek moyang orang Vietnam meminta kepada Yang Kuasa agar melindungi mereka dari serangan bangsa China. Permintaan dikabulkan dengan dikirimkannya sekeluarga naga.Ludah naga-naga itu membentuk bukit-bukit batu kapur yang menjadi semacam benteng penghalang serangan bangsa China dari lautan. Dengan suasana rada berkabut, langit muram tidak menampakkan birunya walaupun matahari masih terasa menyegat, membayangkan naga-naga segede anaconda tiba-tiba muncul diantara bukit bebatuan itu rada ngeri juga.
Semenjak ditetapkan UNESCO sebagai salahsatu situs warisan dunia, wisata andalan Vietnam ini semakin ramai saja. Berlayar di air laut yang tenang sembari menikmati panorama ribuan bukit karst sejauh mata memandang adalah atraksi utamanya. Jangan bayangkan air laut biru kehijauan sebening kristal karena memang tidak begitu adanya.
Bukit-bukit kapur itu, walaupun gedenya seukuran pulau-pulau kecil tapi tidak berpenghuni, dan menurut peraturan pemerintah memang tidak boleh dihuni.
Namun, ada yang namanya floating village, yaitu desa nelayan terapung. Mereka membangun gubuk-gubuk di atas laut. Kebutuhan air minum di-suplai oleh kapal-kapal yang membawa tangki-tangki air bersih. Selain melaut, mereka juga tampak membuat keramba-keramba dengan ikan seperti lele yang lumayan gede.
Sebagian penduduknya juga ada yang jualan di atas perahu, menghampiri tour boat, menjajakan penganan dan minuman ringan. Oh iya, minuman tidak termasuk dalam paket tour Halong Bay. Setiap perahu tour biasanya dilengkapi bar dan tentu saja ada bartendernya. Harga minuman sungguh aduhai walaupun itu cuma sebotol kecil air mineral . Untung saya sudah diwanti-wanti manager hostel, disarankan membawa sebotol gede air mineral sebelum naik ke boat.
Para penyedia jasa tour biasanya mengemas layanan pelayaran Halong Bay dengan kunjungan ke goa Hang Su Sot, kayaking dan trekking di pulau Cat Ba. Tergantung waktu dan biaya yang dimiliki kita bisa memilih paket mana yang hendak diambil.
I believe I can jump, and yes, I did it!
Salahsatu kegiatan asyik yang bisa dilakukan di Halong Bay tentu saja berenang. Tidak perlu khawatir, walaupun laut tapi sama sekali tidak ada ombaknya. Namun tentu saja namanya juga laut ya tetep saja dalam. Apalagi kan ada yang bilang air tenang menghanyutkan (nyambung gak?).Sore itu sepulang dari kayaking, orang-orang pada excited, pada buka baju, yg cewek siap-siap dengan bikini-nya. Ya, mereka akan loncat dari atas boat. Ketinggian rooftop itu memang cuma sekitar 5 meteran, tapi bagi saya yang kurang pintar berenang merupakan suatu tantangan. Mulailalah satu-satu loncat tidak lupa teriak-teriak.
Eh, kayaknya asyik juga, saya pun pengen nyoba. Sebelumnya saya lihat-lihat dulu posisi tangga ada dimana, jadi biar gak kejauhan ntar naeknya lagi . Setelah membaca mantra-mantra, ambil ancang-ancang, dan jump!
Tidak kerasa lama ternyata melayangnya tiba-tiba saja sudah ada di dalam air, tentu saja tidak terasa dasarnya, karena dalamnya katanya 15 (apa 50 ya?) meteran. Asyik juga, saya pun ketagihan, loncat sekali lagi. Pas loncatan ketiga pake gaya sebagai bukti, minta tolong orang Swedia buat motoin pas saya loncat.
Ternyata ini loncatan paling mengerikan. Entah karena posisi jatuh yang salah atau bagaimana. Tapi pas saya coba mengapung kembali, tiba-tiba horizon seperti miring beberapa derajat, kemudian seperti terbalik.
Gawat, air yang masuk ke telinga kanan mengacaukan sistem keseimbangan saya. Dengan sekuat tenaga coba melihat lurus ke depan, tangan dan kaki berkecipakan, ke arah tangga di lambung boat. Walaupun rasanya gak nyampe-nyampe karena pandangan saya seperti kebulak-balik, akhirnya tangan saya bisa meraih salahsatu anak tangga.
Mencoba diam sejenak mengembalikan sistem keseimbangan saya, sampai suara cewek di belakang saya teriak-teriak nyuruh cepet naik. Masih agak limbung, saya pun naek, Alhamdulillah selamat juga sampai di atas boat. Masih pusing, saya kapok gak loncat lagi, setidaknya tidak dalam waktu dekat.
Pandangan sudah normal kembali namun telinga masih berdengung, saya coba loncat-loncat gak jelas sambil kepala miring-miring mirip orang ajojing. Harapannya sih itu air yang serasa memenuhi kepala saya bisa menggelontor keluar semua. Pengalaman di air terburuk (sekaligus terasyik) semenjak masa kecil dulu pernah hampir tenggelam di Ciwadori…
Malam itu saya tidur sedikit tersiksa…
Menanti mentari pagi
Walaupun kepala tak karuan rasanya, tapi ternyata saya bisa tidur lumayan lelap malam itu. Selain karena room-mate saya yang orang Nederland gak rame dan gak ngorok, fasilitas kamarnya juga asyik. Shower air panas dan toilet tersedia di kamar, AC, tempat tidur juga empuk.Pagi itu roommate saya masih asyik terlelap, saya jalan mengendap-ngendap. Semalam rupanya habis hujan. Lantai rooftop terasa basah, begitu pula dengan kursi-kursi malasnya. Langit masih muram, hanya samar-samar sahaja cahaya matahari bisa menembus kabut pagi.
Halong pagi hari sungguh damai, boat-boat tour dari operator lain tampak masih beristirahat, hanya bergerak sekejap-sekejap. Satu perahu kecil di bawah tampak sedang menjaring sesuatu, entah kumpulan sampah entah memang ada ikannya.
Pagi itu walaupun tidak berhasil menangkap cahaya mentari namun saya senang bisa menikmati pagi di atas rooftop seorang diri, serasa punya kapal pesiar pribadi.
Selanjutnya tidak ada kegiatan lain, selain berleha-leha di rooftop, menikmati jalan pulang ke pelabuhan. Ada beberapa orang yang ternyata membeli paket 3 hari dua malam, jadi menjelang siang di-jemput oleh boat kecil untuk diantar ke Cat Ba Island.
Menjelang tengah hari sudah tiba di pelabuhan, saya di lempar ke guide lain dipisahkan dari rombongan sekapal untuk makan siang. Restorannya sama, tapi saya dilempar ke meja berbeda, entah mengapa, hmm… mungkin menunya beda. Yang jelas teman-teman semeja saya yang baru ini tidak seceria yang sebelumnya.
Saya makan secukupnya karena yang bisa dimakan hanya ikan sama sayur saja. Daging-daging yang tampak gurih disuguhkan itu tidak bisa saya makan.
Dengan diakhiri makan siang, berakhir sudah tour dua hari semalam di Halong, siang itu kembali ke Hanoi.
Babak perjalanan baru sudah menanti di depan mata….
Related Posts
Jelajah Indochina #2 Hanoi
Selamat pagi Hanoi Penerbangan pertama (dan satu-satunya) ke Hanoi pagi itu berjalan lancar saja. Sempat rada was-was karena ada anak bule hyperaktif lari-larian mulu di _aisle_, entah berapa kali PP.
Read moreJelajah Indochina #1 Keberangkatan
Tidak lagi bertiga Setelah [jalan-jalan tahun kemarin][1] saya jadi ketagihan, pengen nyobain lagi melancong ke negara lain. Dengan pertimbangan yang sama, masalah visa dan biaya, jadi ya paling seputar Asean saja dulu.
Read moreFoto-foto di Kuala Lumpur
Kuala Lumpur, leg terakhir dari perjalanan perdana kami melongok 3 negeri seberang. Apa yang istimewa dari ibukota negeri jiran ini? Terus terang kalau saya suka memperhatikan tulisan, pengumuman, petunjuk jalan dalam bahasa Melayu.
Read more