Kisah Anak Muda Merawat ‘Kue Warisan’
Kue pancong, adalah kue khas orang Betawi. Tapi kini kian jarang yang jualan kue pancong. Padahal kue ini, sangat cocok jadi teman ngopi atau mereguk teh. Di santap pagi-pagi, kala masih hangat, sangat nikmat sekali. Penjualnya biasanya pakai gerobak. Kue pancong, dibuat dalam sebuah wadah khusus. Racikan bahan kue, tinggal dituangkan ke wadah di atas kompor, lalu tunggu hingga matang. Setelah matang, kemudian diungkit. Saat masih hangat, harum parutan kepala terasa meruap.
Namun kemarin, hari Jumat, 6 Mei 2016, saat saya melintas di jalan Flamboyan yang ada di sekitar Cipete, saya menjumpai penjual kue pancong yang beda seperti biasanya. Dia menjual kue pancong, tak pakai gerobak. Tapi lewat gerai kecil yang dibangun di pinggir jalan. Sebuah spanduk kecil tergantung depan gerai, bertuliskan, ” Kue Pancong Flamboyan.”
Yang bikin saya tertarik untuk singgah, penjualnya adalah anak muda. Usainya mungkin 20 tahunan lebih. Gerainya pun ditata dengan citra rasa khas anak muda. Di depan gerai, ada seperangkat kursi dan meja dari kayu, tempat nongkrong.
Bagi saya ini menarik. Anak muda menjual kue pancong. Harus diapresiasi. Dia bisa dikatakan, anak muda yang tengah merawat ‘kue warisan’. Yang menariknya lagu, dia coba menyajikan kue pancong dengan citra rasa anak muda. Sungguh sebuah ikhtiar yang cerdas dalam melestarikan kekayaan kuliner khas Indonesia.
Karena tertarik saya pun singgah sebentar. Ternyata, harganya pun tak mahal. Bahkan terbilang murah. Untuk beberapa potong kue pancong rasa original, harganya hanya Rp. 5000. Selain, menyediakan kue pancong rasa manis original, dia juga menyediakan kue pancong dengan variasi rasa. Ada kue pancong rasa kelapa jadul. Kue pancong setengah matang keju susu, kue pancong coklat susu dan coklat susu keju. Juga ada kue pancong setengah matang selai kacang. Harganya pun murah, hanya Rp 7000.
Selain kue pancong, dia juga menyediakan roti bakar dengan berbagai variasi toping. Di sediakan juga jagung bakar, serta beberapa macam minuman baik hangat maupun yang dingin. Saya pun pesan kue pancong rasa manis original.
Dengan cekatan, ia langsung membuat kue pancong pesanan saya. Bahan kue ia tuangkan di wajan atau wadah pembuat kue. Setelah itu, langsung ditutup. Tidak berapa lama, kue matang. Harumnya langsung meruap. Dengan cekatan pula, kue langsung dibungkusnya.
Saat sedang menunggu kue matang, ia bercerita. Awalnya, ia jualan pulsa. Tapi, kemudian muncul ide membuat semacam kafe kecil tempat nongkrong anak muda. Kue pancong pun jadi pilihan, sebab kian jarang ditemui. Ternyata, pilihannya tepat. Kue pancong buatannya banyak yang suka. Jika malam, kafe kecilnya pun lumayan ramai dikunjungi pembeli. Biasanya anak muda yang suka nongkrong di kafenya. Minum kopi, sambil menyantap kue pancong.
Namun ada sedikit perbedaan kue pancong di kafe Flamboyan dengan yang dijual para pedagang kue pancong keliling. Kulit kue teksturnya tak tidak kasar. Tapi lembut mirip kue pukis. Tapi, kata dia, kalau kue pancong kelapa jadul, kulitnya bertekstur agak kasar, karena adanya parutan kelapa.
Tiba di rumah mertua, kue langsung dihidangkan di piring. Istri saya, sangat suka kue pancong. Dan, ternyata anak saya juga doyan. Dia sampai makan beberapa potong. Rasanya memang enak. Manis bercampur gurih.
Saya pikir, anak muda seperti si penjual kue pancong itu harus didukung. Dia, pejuang kuliner Indonesia, karena punya keinginan merawat dan melestarikan warisan kuliner nenek moyang yang kian terdesak oleh ragam kuliner dari negeri seberang. Dengan begitu diharapkan kue pancong yang sering dianggap kue kampung bisa naik kelas. Jadi kuenya anak muda Indonesia. Dan Indonesia, punya banyak ragam kue khas. Sebuah kekayaan kuliner yang harusnya jadi kebanggaan. Kalau bukan kita, siapa lagi. Semoga…
Related Posts
Pondok Makan Cak Tris yang Ngangenin
Sop daging Cak Tris yang ngangenin Makan enak, selalu harus di restoran besar dan terkenal. Banyak warung biasa, bahkan warung tenda yang racikan masakannya ngangenin lidah, hingga terus nagih mencicipi.
Read moreGudeg Adem Ayem Solo, Lezat dan Menjadi Langganan Tetap Para Pejabat
Rumah Makan (RM) Adem Ayem Solo berhadapan langsung dengan rumah dinas walikota Surakarta atau Loji Gandrung. Tepatnya di Jl. Slamet Riyadi 342, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.
Read moreKendati Sudah Mereda, Tips Wisata Usai Pandemi Ini Tetap Perlu Kalian Terapkan
Meski sudah ada pelonggaran, ada beberapa tips wisata usai pandemi yang perlu menjadi perhatian. Kesehatan tetap merupakan urusan utama yang perlu mendapat kepedulian tinggi, termasuk faktor-faktor penting yang lain.
Read more