Kopi Politik, Tempat Ngopi “Santuy” di Jakarta Selatan
Hari Jumat sore, 14 Februari 2020, tepat saat yang lain bervalentine ria, iseng saya tanya kabar kepada kawan lama. Ia dulu seorang wartawan. Tapi sekarang bekerja di perusahaan sawit.
Lama saya dan dia tak bersua. Sampai saya dengar ia bekerja di perusahaan sawit. Via WhatsApp, saya pun hubungi dia. Ia antusias membalas. Bahkan mengajak bertemu, untuk sekedar ngopi. ” Kita ketemu Kang, ngobrol-ngobrol saja sambil ngopi. Ketemu ya di Kopi Politik,” katanya.
Wah, Kopi Politik, tempat apa itu? Terus terang saya baru dengar. Tanpa diminta, ia pun menjelaskan apa itu Kopi Politik. Katanya, ia sebuah kafe. Kafe tempat ngopi. Adanya di Jalan Pakubuwono, Kebayoran Baru Jakarta Selatan. “Saya suka ngopi di sana. Tempat ngopi santuy Kang ha ha ha,” ujarnya.
Ia pun lalu men-share lokasi di mana Kopi Politik itu. Ah, ternyata dekat dengan tempat saya bekerja. Usai Maghrib, saat seluruh pekerjaan kelar, saya pun meluncur ke sana. Teman saya pun sudah kasih tahu, jika dia juga sudah menuju ke kafe itu.
Kurang dari dua puluh menit, saya sudah sampai. Kawan saya sudah terlihat duduk di halaman kafe yang sudah disulap jadi tempat ngopi outdoor. Wah, enak juga tempatnya, pikir saya. Setelah memarkirkan motor, saya pun bergegas menuju kawan saya. Dia sedang asyik ngopi, sembari memainkan handphone.
“Wah Kang sampai juga. Kirain enggak jadi ke sini. Ayo mau minum apa, lumayan lengkap kopinya, enak-enak juga,” katanya, begitu saya datang menghampiri dan menyapanya.
Saya pun duduk di depannya. Ia tampak sedang menikmati kopi susu. Tak lama, dia memanggil pelayan kafe. Seorang anak muda, datang tergopoh-gopoh membawa daftar menu. ” Kita duduk di atas saja apa Kang?” Tanya teman saya.
” Enggak usah. Di sini saja lebih enak, bisa liat keramaian jalan,” jawab saya.
Saya pun memelototi daftar menu. ” Ini kopi telor seperti apa ya?,” tanya saja kepada pelayan kafe.
Karena penasaran, saya pun memesan itu. Si pelayan kafe setelah mencatat pesanan kembali masuk ke dalam kafe. Makin malam, makin banyak yang datang. Jalan raya di depan pun ramai. Arus kendaraan terlihat padat. Meski tak sampai macet.
Tidak lama, pesanan saya datang. Satu gelas kopi telor. Warnanya cokelat tua. Tak ada bau amis telor. Saya pun segera menyeruputnya. Rasa hangat langsung menjalar di tenggorokan langsung menuju perut. Ternyata, enak juga kopi telor. Apalagi di minum saat hangat-hangat.
” Mau makan apa Kang?” Kawan saya bertanya lagi.
Saya jawab, tak ingin makan dulu. Belum lapar. Setelah itu, saya dan kawan saya ngobrol ngalor ngidul. Banyak hal diceritakan. Mulai dari pekerjaan, sampai nostalgia saat dulu liputan bareng. Kopi Politik memang tempat ngopi yang santuy. Tidak terlalu hiruk pikuk. Pokoknya santuy.
Di temani sepoy angin malam, obrolan makin seru saja. Jelang pukul sepuluh malam, kawan saya bertanya lagi, apakah ingin makan. Karena ditanya itu terus, saya pun mengiyakan, sembari bertanya apa saja kira-kira makanan yang ditawarkan di kafe Kopi Politik.
” Ya di sini, makanan berat, paling nasi goreng. Ada juga mie rebus. Atau mau mencoba mie rebus bumbu Aceh?” Katanya.
Wah, mie rebus bumbu Aceh? Seperti apa ya? Saya penasaran dengan menu terakhir yang di tawarkan. Saya pun mantap pilih itu : mie rebus bumbu Aceh.
Kawan saya langsung memanggil pelayan kafe. Dan memesan mie rebus bumbu Aceh. Ia sendiri, pesan lemon tea. Tidak begitu lama, pesanan saya datang. Sepiring mie rebus bumbu Aceh. Penampilannya memang beda dengan mie rebus yang suka di sajikan di warung mie rebus orang Kuningan. Yang beda adalah kuahnya. Begitu kental, warna coklat tua. Sepertinya karena berasal dari campuran rempah-rempah. Ada beberapa potong cabe rawit hijau di atas mie. Kerupuk dan satu telor ceplok yang menggoda lidah.
Karena lumayan sudah mulai lapar, saya pun langsung menyikat mie rebus bumbu Aceh. Satu sendok saya suapkan ke mulut. Saya coba merasakan sensasi rasanya. Benar-benar enak. Aroma rempah-rempah begitu terasa dalam kuah. Hanya dalam sekejap, satu piring mie rebus bumbu Aceh langsung tandas. Mungkin karena lapar. Tapi juga karena memang rasanya enak.
Tidak lama, kawan saya yang lain datang. Ia rupanya dihubungi kawan saya untuk datang ke Kopi Politik. Obrolan pun makin seru. Kami bertiga kembali bernostalgia, mengulang kembali jejak masa lalu yang pernah kita lalui bersama.
Nah, bagi kawan-kawan yang mau cari tempat ngopi yang santuy, Kopi Politik di Jalan Pakubuwono bisa jadi salah satu pilihan. Tempatnya nyaman. Tidak sesak dan hiruk pikuk. Apalagi ada layanan WiFi gratis, ngopi di Kopi Politik jadi kian seru. Kata kawan saya, di Kopi Politik juga kerap ada diskusi-diskusi politik. Sering dipakai untuk diskusi. Wah, pantesan namanya Kopi Politik.
Menu yang ditawarkan cukup variatif. Harganya tak mencekik kantong. Terutama mie rebus bumbu Aceh, menu yang menurut saya layak dicicipi jika mampir ke sana. Atau kopi telornya yang menghangatkan badan. Kopi hitamnya tak kalah nendang. Bagi yang ingin mengurangi gula pasir putih, tak usah khawatir. Pengelola kafe juga menyediakan gula rendah kalori.
Related Posts
Kenangan Perjalanan Mudik, Mendulang Uang dari Buang Hajat
Lebaran telah lewat. Jutaan pemudik pun telah kembali ke kota, setelah berlebaran di kampung halamannya masing-masing. Kota kembali ramai, setelah sepi sejenak ditinggal penghuninya bermudik ria.
Read moreKafe Kecil Di Jalan Bebas Hambatan
D’7uan, kafe kecil nyaman di rest area Km 42 Tol Cikampek Waktu sudah lewat pukul 14.00 Wib, ketika mobil yang saya tumpangi keluar dari Kota Purwakarta, lalu masuk pintu tol menuju Jakarta.
Read moreWarkop ‘Burjo’ Van Kuningan
Warung ‘burjo’ identik dengan orang Kuningan, karena pemiliknya banyak yang berasal kabupaten tersebut. Ngopi pagi hari, bagi saya adalah kegiatan kuliner yang wajib ditunaikan.
Read more