Melongok negeri seberang #1: The Plan
Mukadimah, asal mula, persiapan dan rencananya
Ada yang bilang bahwa perjalanan sebenarnya sudah dimulai dari perencanaanya (lupa deh siapa yg bilang)…
Berawal dari sebuah pesan YM teman kantor, “jalan-jalan ke 5 kota 4 negara yuk”, katanya. Ajakan yang tadinya saya kira main-main karena sama sekali belum pernah ke luar negeri.
Bahasa keren dari model jalan-jalan irit ini adalah backpacking, karena biasanya si pelaku suka bawa-bawa ransel/rucksack segede gaban (kira-kira 30-60 lt) buat bawa-bawa barangnya ketimbang koper. Walaupun pake ransel tinggi gitu memang keliatan sangat gagah dan keren, tapi tujuan utamanya bukan buat keren-kerenan sih, buat ngambil praktisnya aja, gampang dipanggul kemana-mana.
Sebagai orang yg pernah bercita-cita jadi petualang (petualang cinta) ajakan ini tentu saya sambut antusias, walaupun dalam hati masih agak ragu, ada duit nggak ya. Namun setelah beberapa pertimbangan, target rencana masih berbulan-bulan kedepan, jadi masih banyak kesempatan nabung, dan ada harapan jasa produksi tahunan yang biasanya keluar akhir Februari atau awal Maret. Lagipula membeli pengalaman kerasa lebih worth-it ketimbang beli gadget-gadget mahal gak terlalu guna (laptop ini berguna bgt sih buat nulis ini blog, eh D40 juga guna bgt buat poto2). Dan terus terang backpacking ke luar negeri merupakan barang baru bagi saya, jadi rada excited. Terakhir manggul backpack pas ke Gunung Gede.
Negara-negara Asia Tenggara dipilih sebagai tujuan pemula dengan pertimbangan gak perlu ribet ngurus visa.
Tadinya ada sekitar 8 orang yang gabung, campuran dari berbagai perusahaan. Karena kalau satu divisi temen-temen kantor ikut semua kayak waktu ke Bali dulu, bisa-bisa nggak dikasih cuti. Namun menjelang bulan B (klo hari kan H), ternyata cuma ber-3 yang siap sedia ikut, saya, Teguh sama Ipe.
Rencana sudah matang, tiket-tiket sudah terbeli, itinerary sudah mengalami beberapa revisi, termasuk menambahkan Phuket kedalam destinasi (wah ber-rima). Tiket pesawat kita pilih yang kelas murah-murah aja, yang everyone can fly itu loh, pesen dari internet jauh-jauh hari, tentu saja pake sistem ngutang dulu.
Untuk tempat nginep kita menggunakan jejaring hostelworld untuk memesan beberapa hostel kelas backpackers di Kuala Lumpur, Bangkok dan Phuket. Untuk di Singapore tidak lewat hostelworld tapi langsung ke situs hostelna, pilihan jatuh pada The Inn-crowd Hostel.
Kecuali guesthouse yang di Phuket (daerah Patong), semua hostel yang di pesan adalah tipe dorm atau tipe asyiknya rame-rame, satu ruangan itu biasanya ada 2-6 bed susun (bunk beds), jadi kalikan dua jumlahnya. Isinya campur sama bule-bule backpacker dari negara lain, pria wanita. Karena belum pernah, saya nggak tau kondisinya kayak apa, nanti saja kita cerita ya…
Demikianlah rencana itu kita jaga selama hampir 6 bulan, jadi nambah semangat juga sih. Semangat blogwalking ke blog backpackers lain, jadi beli buku Naked Traveler sama Traveler’s Tale. Bahkan ketika ada bazaar buku saya bela-belain beli Phrase Book-nya Lonely Planet edisi South East Asia.
Ringkasan rute, durasinya
Rutenya dalam kode bandara udara dunia adalah: CGK-BTH-SIN-BKK-HKT-KUL-CGK. Kalau di decrypt jadinya, dari Soekarno Hatta Jakarta terbang ke Hang Nadim Batam trus nyebrang ke Singapur pake fery. Tiga hari di Singapur trus terbang ke Bangkok dari Changi, di Bangkok sekitar 4 hari, nyambung terbang ke Phuket, 2 hari disana, terakhir dari Phuket ke Kualalumpur 1 hari 1 malem disana, balik deh ke Jakarta.
Kecuali Batam-Singapur yang lewat laut, pake fery, hampir semua rute perjalanan antar-negara ditempuh dengan pesawat terbang. Agak kurang gahar sih pake pesawat dibanding pake jalan darat pake kendaraan umum, tapi daripada ngabisin waktu di jalan sama-sama bengong ya mending pake alternatif yg lebih efektif aja.
Disclaimer
Sebelum melanjutkan…
Karena ini pengalaman pertama kali saya backpacking ke luar negeri, apa boleh buat jangan protes kalau sedikit norak, sedikit pamer, sedikit narsis. Sedikit kok…
Bersambung…
PS
Somehow…. i feel like this, hehe
Related Posts
Gudeg Adem Ayem Solo, Lezat dan Menjadi Langganan Tetap Para Pejabat
Rumah Makan (RM) Adem Ayem Solo berhadapan langsung dengan rumah dinas walikota Surakarta atau Loji Gandrung. Tepatnya di Jl. Slamet Riyadi 342, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.
Read moreKendati Sudah Mereda, Tips Wisata Usai Pandemi Ini Tetap Perlu Kalian Terapkan
Meski sudah ada pelonggaran, ada beberapa tips wisata usai pandemi yang perlu menjadi perhatian. Kesehatan tetap merupakan urusan utama yang perlu mendapat kepedulian tinggi, termasuk faktor-faktor penting yang lain.
Read moreMuseum Sonobudoyo Yogyakarta, Asik Untuk Belajar Seni dan Budaya Nusantara
Di ujung selatan Jl. Malioboro, Yogyakarta terdapat titik nol kilometer kota tersebut. Di sini pula ada banyak sekali simbol-simbol budaya dengan cerita dan kisah sejarah yang teramat panjang.
Read more