Menjajal Wisata Mangrove Munjang Bangka
Apakah Pulau Bangka hanya sekedar timah? atau pantai? Jawabannya tentu saja tidak. Barangkali sebagian besar orang mengenal Bangka karena timah yang dihasilkan. Sementara sebagiannya lagi mengenal Bangka karena pesona pantainya. Tapi nyatanya Bangka bukan hanya itu. Ada sisi lain bangka yang belum tentu dikenal banyak orang, yaitu kawasan mangrovenya. Yap, Pulau Bangka punya kawasan mangrove Munjang yang sangat potensial. Selain sebagai penyangga ekosistem, kawasan ini juga menunjukkan kelasnya dari sisi wisata.
Kawasan tersebut adalah hutan mangrove yang berada di Sungai Munjang, Desa Kurau Barat, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah. Di sini selain belajar mengenal tanaman mangrove teman traveler juga akan merasakan sensasi dan keseruan berwisata khas ala hutan mangrove.
Nah, Mau tahu keseruannya seperti apa?. Berikut ulasannya.
Keseruan Menjajal Sungai dengan Perahu Motor
Kita akan mulai dari keseruan bagaimana mengelilingi kawasan wisata mangrove di Sungai Munjang. Pada dasarnya kawasan mangrove ini memiliki luas mencapai 213 hektar. Namun tentu saja kita tidak bisa mengelilingi semuanya. Sejauh ini hanya 30% dari luasan tersebut yang sudah dikelolah oleh pemerintah. Diresmikan langsung oleh bapak Erzaldi Rosman Djohan sebagai gubernur provinsi Babel pada tanggal 27 Juli 2017 silam.
Sebenarnya menuju ke kawasan wisata mangrove dari pintu masuk terdapat dua jalur yang ditawarkan. Yakni jalur darat dan jalur air. Bila menggunakan jalur darat traveler bisa berjalan kaki. Namun waktu yang di butuhkan cukup lama. Sementara itu, bila hendak menikmati dengan cara yang berbeda barangkali jalur air sangat rekomendasi. Biasanya pengunjung yang datangpun lebih banyak meilih jalur air ketimbang jalur darat.
Sebelum memulai mengeksplorasi hutan mangrove Munjang melalui jalur air pastikan traveler membawa uang untuk penyewaan perahu motor. Biaya ditawarkan cukup murah, hanya berkisar Rp. 10.000/orang saja. Perahu yang ditumpangi sanggup memuat sekitar 10-14 orang.
Dari tempat parkirnya perahu, pengunjung akan dihantar mengarungi sungai menuju pusat kawasan hutan mangrove. Bagi traveler yang pemula dijamin momen ini tidak akan terlupakan. Bukan hanya sensasi dari kendaraan yang ditunggangi tapi juga sensasi menikmati panorama asri yang mencirikan hutan mangrove.
Sesaat setelah berjalannya perahu, suasana mangrove sangat kental teras. Jika traveler termasuk tipe yang observatif, pastinya akan menemukan hewan liar seperti biawak, ular, burung hingga monyet. Mereka adalah sedikit dari sekian banyak hewan yang menggantungkan hidupnya dari keberlangsungan tanaman mengrove.
Melajuh lebih jauh ke dalam, kita akan di bawah seperti berada di tengah hutan amazon layaknya di brazil. Barisan pohon mangrove menghiasi bibir bibir sungai. Akar akarnya membentuk sebuah seni alam yang sempurna di pandang mata. Suguhan mempesona inilah yang membuat pengunjung lebih banyak memilih jalur air menuju wisata mangrove.
Pesona Hutan Mangrove Munjang
Hutan mangrove tentu berbeda dengan hutan di dataran tinggi. Bila belum pernah mengunjungi wisata mangrove, barangkali teman traveler berpikir bahwa tidak ada yang menarik dari hutan mangrove. Padahal jika diperhatikan hutan mangrove memiliki pesona yang membuat siapapun yang melihatnya terkagum kagum.
Hal itu bisa terlaihat ketika berada di hutan mangrove Munjang. Aroma tanaman bakau, nipah dan sejenisnya memberikan sensai berbeda saat menghirup udaranya. Begitu pula dengan eksotis bentuk vegetasi yang hidup di sana. Akar akar batang yang muncul dari dalam tanah tidak mau kalah memberikan bentuk estetika yang tinggi. Semua berpadu sempurna dengan hewan hewan yang berkeliaran disekitarnya.
Pemandangan asri dan hidup itulah yang langka dan selalu dirindukan untuk kembali dikunjungi.
Cara Menikmati Pesona Mangrove Munjang
Sesuatu yang menarik dari wisata hutan mangrove adalah perpaduan antar wisata dan edukasi. Jadi wisata mangrove ini bukan hanya untuk merefresh otak dan pikiran tapi juga hendak memberikan pengalaman dan pengetahuan seputaran mangrove.
Dihutan mangrove munjang, setelah melewati keseruan menggunakan perahu menyusuri sungai dengan segala keindahannya. Pengunjung akan di sambut oleh pesona yang meukau. Yap, di tempat bersandarnya perahu terlihat berbagai fasilitas yang akan membuat traveler tercengang.
Fasilitas yang Tersedia
Sebagai wujud keseriusan pengelolah dalam mengembangkan destinasi wisata ini telah dibangun jembatan panjang selebar sekitar 2 meter untuk pengunjung yang hendak menikmati suasana mangrove sambil berjalan kaki. Jadi tidak perlu lagi khawatir dengan jalanan yang becek dan berlumpur.
Selain bisa bersantai sambil jalan kaki, teman traveler juga bisa bersantai di beberapa tempat duduk yang telah di sediakan. Tempat duduk di desain menarik karena menempel pada akar batang bakau. Selain terkesan elegan, tempat ini juga kerap di jadikan sebagai spot foto.
Di lokasi tertentu dipajang tulisan tulisan unik yang memberikan daya tarik bagi pengunjung yang hadir. Sementara buat kaum milenial di fasilitasi juga dengan spot spot khusus yang menggoda untuk berselfie ria.
Fasilitas yang tidak kalah menariknya adalah pendopo dan tower tinggi yang berada tidak jauh dari lokasi parkir perahu. Pendopo biasanya digunakan untuk ajang pertemuan atau berdiskusi mengenai mangrove. Sementara tower diperuntukan bagi mereka yang punya nyali untuk melihat pemandangan hutan mangrove dari atas.
Nah, bagaimana? Menarik bukan?
Related Posts
Gudeg Adem Ayem Solo, Lezat dan Menjadi Langganan Tetap Para Pejabat
Rumah Makan (RM) Adem Ayem Solo berhadapan langsung dengan rumah dinas walikota Surakarta atau Loji Gandrung. Tepatnya di Jl. Slamet Riyadi 342, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.
Read moreKendati Sudah Mereda, Tips Wisata Usai Pandemi Ini Tetap Perlu Kalian Terapkan
Meski sudah ada pelonggaran, ada beberapa tips wisata usai pandemi yang perlu menjadi perhatian. Kesehatan tetap merupakan urusan utama yang perlu mendapat kepedulian tinggi, termasuk faktor-faktor penting yang lain.
Read moreMuseum Sonobudoyo Yogyakarta, Asik Untuk Belajar Seni dan Budaya Nusantara
Di ujung selatan Jl. Malioboro, Yogyakarta terdapat titik nol kilometer kota tersebut. Di sini pula ada banyak sekali simbol-simbol budaya dengan cerita dan kisah sejarah yang teramat panjang.
Read more