Minggu seru, dari EJU hingga Bon Odori
EJU, first attempt…
Yah, tujuannya sih menggapai cita meraih asa, mewujudkan mimpi yang tak terbeli. Bersama beberapa abege berjuang menaklukan ujian masuk universitas di Jepun ini. Lah abegeh? Iya emang sebenarnya kan EJU ini kayak SPMB aja. Trus ngapain ikut-ikutan? Lah kan sy belom pernah ikutan SPMB, apa salahnya nyoba…
Boong, karena kebutuhan sebenernya. Gara-gara masih ada insitusi yang mengandalkan IPK sebagai saringan pertama. Apa daya, saya sebagai member resmi PMDK, pastilah tak akan lolos, kecuali lulus EJU dengan nilai lumayan.
EJU pertama buat saya, mudah-mudahan sih gak perlu lagi. Tapi setelah kemarin mengalami sendiri nampaknya bakal ada babak percobaan berikutnya.
Mata ujiannya hanya Japan as Foreign Language, Science (Physics, Chemistry, Biology) dan Mathematics. Untuk Japan as Foreign Language katanya sih levelnya campuran dari JLPT level 4-1, ada writing, reading, listening sama listening and reading. Saya sudah nyerah dari awal membuka soal ujian ini, masalahnya Kanji aja baru belajar 100-an, yang hafal bacanya mungkin gak sampe setengahnya, yang bisa nulisnya bisa dihitung sama jari.
Pas bagian writing perintahnya apa juga gak ngarti, yang bisa saya baca cuman ホームステイ alias Home Stay, jadilah mengarang bebas pake hiragana aja hahaha. Yah ujian ini gak terlalu ngaruh sih untuk persyaratan. Masalahnya, pas ujian Science dan Matematika pun saya gak bisa mengingat-ngingat kembali pelajaran SMA dulu. Polinomial, fungsi turunan, deret, logaritma, diferensial, duh udah pada kemana tuh. Untuk science disuruh milih 2 aja dari 3 pilihan, saya coba Fisika dan Biologi, ampun deh gak ada rumus Fisika yang inget.
Tapi baru kali ini saya ujian tanpa beban, nyantai. Gak ngerti soalnya ya fokus aja sama lembar jawaban, tinggal dihitamkan yang mana suka. Asal jangan kebablasaan aja, ntar yang gak ada soalnya dijawab lagi. Oh ya, meskipun pilihan ganda, tapi pilihannya bukan abcde lagi, melainkan angka dari 0-9 termasuk tanda minus (-). Matematika meskipun sama tinggal hitamin angka, tapi bukan milih jawaban yang ada, melainkan harus menghitung sendiri dan angka-angka hasil hitungan itulah yang dimasukkan sebagai jawaban. Ada patokan sih berapa digitnya tapi tetep aja kemungkinan nebaknya lebih banyak.
Baru kali ini pula saya gak perlu nulis nomor peserta ataupun nama di lembar jawaban karena sudah print dari awal (daftar dari 4 bulan sebelumnya), pake barcode.
Pengalaman seru deh pokoknya ikut ujian ini, mudah-mudahan nilainya gak diumumin di koran, hahahaha.
Penyegaran…Matsuri! Bon Odori!
Masih dalam nuansa Jepang, selepas EJU yang berakhir tepat jam 15:30 saya pun ke acara Japan Expo di Kemayoran. Janjinya sih mau nonton temen-temen les yang paduan suara. Sebelumnya pernah ikut latihan sekali, tapi ternyata manggungnya bentrok sama EJU yah gak jadi ikutan deh. Namun pas datang ke Kemayoran ternyata acaranya udahan. Akhirnya sama Mang Kumlod yang sudah duluan disana keliling-keliling gak karuan sembari menunggu acara Matsuri yang mulai jam 20:00.
Selepas Isya, penonton di lapangan makin rame, ternyata Akita Kanto Matsuri udah mulai. Jadi ada semacam rangkaian lampion gede-gede sekitar 46 buah disusun dalam sebuah galah, kemudian dibawa sama orang bergantian, galahnya diletakan di dahi, pinggang, tangan, mulut dsb. Aduh susah saya jelasinnya, lihat poto aja ya.
Yang jelas ada sekitar 5 sususan lampion gede-gede setinggi 12 meteran yang diarak. Katanya sih ini merupakan pertunjukkan pertama di Indonesia. Musik pengiringnya pake suling gitu, aroma suaranya rada-rada mistis, tapi kuat banget tuh peniup serulingnya, cewek lagi.
Selepas Kanto Matsuri ada Omikoshi seperti yang dulu di UI, tapi dua orang yang diatasnya beda euy.
Terakhir, Bon Odori. Baru kali ini ikutan, dulu waktu yang di UI gak ikut karena takut ketinggalan kereta. Ternyata seru juga nari rame-rame. Gerakannya padahal gak apal, ikut-ikutan aja sama yang laen, hehe. Bon Odori merupakan tarian riang gembira yang merupakan penutup rangkaian Obon (perayaan menyambut arwah leluhur). Musiknya ceria dan peserta bisa request lagu pengiring juga (klo ada).
Tak terasa setelah hatam beberapa puteran, pegel juga kaki ini terasa.
Related Posts
Gudeg Adem Ayem Solo, Lezat dan Menjadi Langganan Tetap Para Pejabat
Rumah Makan (RM) Adem Ayem Solo berhadapan langsung dengan rumah dinas walikota Surakarta atau Loji Gandrung. Tepatnya di Jl. Slamet Riyadi 342, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.
Read moreKendati Sudah Mereda, Tips Wisata Usai Pandemi Ini Tetap Perlu Kalian Terapkan
Meski sudah ada pelonggaran, ada beberapa tips wisata usai pandemi yang perlu menjadi perhatian. Kesehatan tetap merupakan urusan utama yang perlu mendapat kepedulian tinggi, termasuk faktor-faktor penting yang lain.
Read moreMuseum Sonobudoyo Yogyakarta, Asik Untuk Belajar Seni dan Budaya Nusantara
Di ujung selatan Jl. Malioboro, Yogyakarta terdapat titik nol kilometer kota tersebut. Di sini pula ada banyak sekali simbol-simbol budaya dengan cerita dan kisah sejarah yang teramat panjang.
Read more