Nguliner ke Ayam Goreng Bu Tini
Rumah makan ayam goreng Bu Tini di Jalan Sultan Agung Yogyakarta
Kata orang jadi wartawan itu enak. Bisa jalan-jalan gratis kalau diminta meliput ke luar kota. Nginap sering di hotel berbintang, dan bisa nguliner sepuasnya. Mungkin benar pandangan tersebut.
Tapi ada pandangan lain soal wartawan. Pagi sarapan di rumah, makan siang bisa di hotel berbintang karena meliput seminar atau diskusi, malam hari kembali makan di warung tegal atau menyantap mie rebus. Pandangan itu juga banyak benarnya.
Namun memang sejak saya jadi wartawan, kesempatan untuk pergi dan menginjakan kaki di daerah yang belum pernah dikunjung terbuka lebar. Dan, saya merasakan itu. Saya pertama kali naik pesawat, karena jadi wartawan. Wah, kalau tak jadi wartawan, boleh jadi saya tak pernah naik pesawat terbang. Pergi melalanglang Indonesia.
Tapi bukan berarti kerja wartawan hanya jalan-jalan. Justru kerja wartawan kadang bikin stres. Saya yang bekerja di media cetak, tiap hari dibatasi oleh deadline. Kadang itu jadi tekanan. Apalagi ketika jelang deadline berita belum juga kelar. Pusingnya minta ampun. Takut kena omel redaktur.
Senangnya ya itu, bisa jalan-jalan ke luar kota, meski tetap harus memprioritaskan pekerjaan. Baru setelah kerjaan kelar, rasanya bebas. Bisa jalan-jalan, nongkrong, ngopi dan nguliner. Seperti saat saya diminta kantor untuk melihat hari otonomi daerah di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, Senin 25 April 2015. Saya datang meliput acara tersebut, atas undangan dari Kementerian Dalam Negeri. Kementerian ini jadi salah satu pos liputan utama saya.
Saya berangkat dari Jakarta, Senin dini hari. Tiba di Bandara Adisutjipto sekitar pukul 07.00 Wib. Setelah itu langsung meluncur ke Kulon Progo, yang lumayan cukup jauh jaraknya dari bandara. Acara hari otonomi sendiri akan dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden RI, Pak Jusuf Kalla sekitar pukul 09.00.
Saya pikir masih ada waktu. Supir mobil yang menjemput, saya minta untuk tancap gas. Karena yang datang Wapres, biasanya penjagaan sudah ketat. Mobil pun meluncur cepat ke Kulon Progo. Suasana jalan raya pagi itu menuju Kulon Progo sudah padat. Maklum ini hari Senin, hari pertama memulai aktivitas kerja.
Untungnya bisa sampai di Kulon Progo sesuai target waktu. Bahkan agak cepat, karena tadi mengekor rombongan mobil Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang dikawal polisi. Setelah mengurus ID Card, saya segera masuk ke tempat acara, sebuah tenda besar yang didirikan di tengah-tengah alun-alun Kulon Progo.
Untungnya lagi Wapres juga datang tak sesuai jadwal. Agak molor sedikit. Jadi saya masih punya waktu sekedar mengendurkan urat dan otot. Teman-teman wartawan lain sudah tiba lebih dulu. Mereka berangkat hari Minggu siang.
Acara pun usai. Kami pun menuju sebentar ke gedung Media Center Pemkab Kulon Progo, sekedar mengetik berita. Pak Acho Maddaremmeng, Kepala Bagian Humas Kementerian Dalam Negeri, tiba-tiba mengajak kami makan siang. ” Sudah laparkah? Makan siang yuk. Ngetik beritanya di rumah makan saja,” kata Pak Acho.
Uh, siapa yang kuat menolak ajakan tersebut. Apalagi perut sudah keroncongan minta di isi. Tadinya mau makan di rumah makan padang. Namun ada yang usul, makan di tempat yang menyediakan menu khas Yogyakarta. ” Masa jauh-jauh ke Yogya makannya padang lagi. Di Jakarta juga banyak makanan padang,” begitu celetuk seorang wartawan.
Setelah bertanya pada supir yang akan mengantar kami, dimana rumah makan yang enak, akhirnya diputuskan makan di rumah makan ayam goreng Bu Tini. Rumah makan ini rekomendasi dari Pak Supir. Maka meluncurlah kami ke rumah makan Bu Tini. Ternyata lumayan jauh letak rumah makan Bu Tini dari Kulon Progo. Rumah makan ini ada di daerah kota Yogyakarta. Tepatnya ada Jalan Sultan Agung No 17, Yogyakarta.
Saat tiba, langsung masuk ke dalam. Penanda ayam bakar Bu Tini gampang terlihat. Di depan terpampang papan nama bertuliskan : Ayam Goreng Bu Tini Ayam Kampung. Papan nama berwarna hijau.
Di pintu masuk, dua pemusik asyik menghibur pengunjung. Lagu-lagu lawas sedang dimainkan, saat kami masuk. Setelah mendapat meja, kami pun duduk. Tidak berapa lama pelayanan rumah makan datang membawa menu. Di daftar menu, ada beberapa pilihan ayam goreng yang bisa dinikmati plus minumannya.
Ayam goreng Bu Tini, hanya menyediakan daging ayam kampung. Pengunjung tinggal pilih, apakah mau dada, paha, ampela, ati, ceker atau kepala. Atau jika datang berombongan tinggal pilih ayam goreng dengan porsi 1 ekor. Sambelnya ada tiga macam. Sambel bawang, sambel tomat goreng dan sambel terasi.
Saya pilih sambel bawang, karena kata si pelayan itulah yang paling pedas. Plus lalapan, mentimun, tomat, daun kemangi dan selada. Doyan pete, tinggal pesan saja. Minuman juga beragam, mulai yang dingin seperti macam-macam jus, dan minuman hangat. Untuk minuman saya pilih es asam. Penasaran seperti apa rasanya.
Di sediakan pula cah brokoli dan cah kangkung. Tidak berapa lama pesanan datang. Karena lapar kami pun langsung menyambar ayam goreng. Ayam goreng tak alot. Empuk, tapi tak terlalu kering. Di santap dengan sambal bawang, ah rasanya benar-benar maknyus. Dua kali saya nambah nasi, saking laparnya.
Setelah nasi tandas, es asam membuat badan terasa segar. Rasa es asam sangat segar. Rasanya nano-nano, ada asam juga manis. Sungguh minuman yang tepat diseruput saat siang yang terasa begitu terik. Harganya pun masih ramah dengan kantong. Satu potong ayam, berkisar 20 ribuan. Bahkan kami yang makan bersepuluh orang, hanya habis sekitar 600 ribuan. Itu pun ada yang nambah nasi.
Makan pun tambah nikmat, karena sambil dihibur oleh pemusik yang ada di pintu masuk. Pengunjung juga bisa memesan lagu. Saat saya makan, lagu-lagu Iwan Fals yang sedang dimainkan. Entah siapa yang memesannya. Penyanyi seorang ibu setengah baya. Suaranya lumayan merdu.
Nah, jika Anda berkunjung ke Yogyakarta, ayam goreng Bu Tini bisa jadi pilihan untuk memuaskan perut. Apalagi bila Anda penggemar ayam goreng, saya kira wajib singgah ke ayam goreng Bu Tini.
Related Posts
Cerita Jam Kayu JKW Made In Kulon Progo
Dua model jam kayu JKW Senin dini hari, menjelang subuh hari saya sudah ada di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), tepatnya di terminal tiga.
Read moreUcok Durian, Penyempurna Kunjungan ke Medan
Belum ke Medan, jika tak ke Ucok Durian ” Belum ke Medan, bila tak singgah ke Ucok Durian,” begitu kata kawan saya yang orang Medan.
Read moreGudeg Adem Ayem Solo, Lezat dan Menjadi Langganan Tetap Para Pejabat
Rumah Makan (RM) Adem Ayem Solo berhadapan langsung dengan rumah dinas walikota Surakarta atau Loji Gandrung. Tepatnya di Jl. Slamet Riyadi 342, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.
Read more